Dalamdunia orang Jawa kita mengenal adanya ungkapan etika yang berbunyi"Sabda pandhita ratu, tan kena wola - wali" dan "Berbudi Bawalaksana".Dalam pengartian bebas ungkapan Sabda pandhita ratu tan kena wola - wali dapat diartikan ucapan pendeta/raja, tidak boleh diulang dan berbudi bawalaksana dapat berarti mempunyai sifat teguh memegang janji, setia pada janji atau secara harafiah
Ucapanmuadalah doa / Sabdo / Titah yang akan menjadi kenyataan. Ucapan baik maupun buruk.Mulutmu , Harimaumu.
LirikLagu Lewung - Syahiba Saufa. Kamis, 26 Agustus 2021 03:13 WIB. Lewung dadi lewung atiku nalikane sepisan ketemu wong bagus dadi laku sabdo pandhito ratu, mring sliramu dadyo sisihanku Gusti mugi nglilani, tresnaku bakal ginowo mati. Baca juga: Lirik Lagu Udan Janji - Shepin Misa.
Sabdopandito ratu adalah kemampuan seseorang yang dimiliki setelah seseorang menempuh lelaku misalnya lelaku dari keilmuan ghoib , lelaku sabar, lelaku zuhud ( orang yang berusia sekitar 60 tahun keatas yang sudah pension dan tidak mengumpulkan harta/tidak tertarik duniawi) atau seorang karena titisan leluhur yang waskita , dimana kemampuan ini adalah berupa ucapan atau tulisan atau hasil
Mengenalsalah satu ilmu hebat warisan para leluhur, ajian sabdo pandito ratu memang akan membuat kita kagum. Bagaimana tidak, ketika seseorang sudah menguasai ilmu sabdo pandito ratu maka segala ucapan yang keluar dari mulutnya akan menjadi kenyataan. Dengan kata lain, pemilik ilmu tersebut harus selalu menjaga ucapannya, karena ketika sedang
contoh soal cerita limit fungsi trigonometri dalam kehidupan sehari hari. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sabdo Pandito Ratu tan keno wola wali, satu rangkaian kta yang sering menjadi salah satu pegangan orang jawa yang masih mengakui kejawaannya. Karna dewasa ini telah banyak orang jawa tapi hanya sekedar lahir dan tinggal ditanah jawa. Tak pernah mengakui, memahami apalagi menjunjung tinggi kejawen. Sebelumnya mungkin perlu saya luruskan, yang saya maksut "kejawen" bukanlah sebuah aliran yang sering dianggap sudah tak berlaku ataupun malah dianggap sesat, Kejawen bagi saya adalah pandangan hidup yang dimiliki oleh orang2 jawa terdahulu, yang lebih mengedepankan nilai2 luhur kepribadian yang sejatinya memandang jauh kedepan dan cenderung berhati_hati dalam bertindak, bisa menempatkan obyek, subyek , tempat serta waktu yang tepat papan nggo papan. selalu lembah manah, andap asor atau dalam agama Tawadhu' . Ya walau harus diakui sbagian orang sering membenturkan antara ajaran agama dengan falsafah jawa, tapi bagi saya sbenarnya perbedaan hanya pada istilah tapi pada intinya sama. Kembali pada Topik bahasan, Sabdo Pandito Ratu bisa diartikan dalam dua versi yaitu ungkapan itu untuk diri sendiri atau secara umum. UNtuk diri sendiri ini bisa berarti SABDO PANDITO RATU TAN KENO WOLA-WALI, itu artinya, bahwa kita gak boleh MENCLA-MENCLE, kalau mau di hormati seperti PANDITO RATU, orang itu akan dihormati karena perilaku yang tercermin dari kata2nya, karna dari tutur kata kita bisa menilai seseorang. secara umum Sabdo perkataan, PANDITO orang suci dimana kata2 orang suci itu pasti terjadi Ratu penguasa perkataan penguasa itu menjadi dasar hukum rakyatnya yang harus dipatuhi. Namun yang menjadi permasalahan adalah dewasa ini yang dianggap pandito dan ratu adalah orang orang yang sebenarnya tak mempunyai kapasitas sebagai pandito dan ratu, karna yang dianggap pandito tak lain hanya media masa yang tak lagi menjadi suara kbenaran, melainkan penyampai pesan para pencari kekuasaan yang melahirkan ratu2 picik. Kekisruhan dan keadaan negeri yang kacau sekarang ini karna kita telah kehilangan Sabdo dari Pandito dan Ratu yang memang benar2 mempunyai kapasitas sbagaimana mestinya. seperti yang kita lihat dewasa ini masyarakat bawah telah kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah yang disebabkan karna adanya sabdo dari orang2 yang dianggap ratu oleh orang2 yang tak mengerti karna telah dicekoki oleh kata2 pandito yang hanya mencari materi. demikian sedikit tulisan sbagai ungkapan hati saya, yang saya coba rangkai dengan segala keterbatasan saya dengan harapan semoga ada pembaca yang berkenan memberi tambahan ilmu wawasan kepada saya. Lihat Filsafat Selengkapnya
Dunia Keris Selamat tiba kerabat perkerisan. Sabdo Pandito Ratu tan keno wola wali, begitulah kalimat ujar buat menjadi pegangan hayati bagi kita, khususnya orang Jawa, yg masih mengakui ke-Jawa-annya. Tidak perlu sungkan buat mengakui, sekarang ini sebagian kita yg mengaku orang Jawa ini tak lebih hanya sekedar numpang lahir & tinggal pada tanah Jawa. Ya, kita seakan tidak mengakui & memahami, apalagi menjunjung tinggi Kejawen atau ke-Jawa-an kita. Sebelum saya lanjutkan goresan pena ini, saya luruskan dahulu yg saya maksud kejawen dalam goresan pena ini, kejawen dalam goresan pena ini ialah pandangan hayati. Terlalu tendensius jikalau wajib menyebutkan waktu ini orang Jawa tidak mempunyai pandangan hayati seperti para pendhulunya yg lebih mengedepankan nilai-nilai luhur & cenderung berhati-hati dalam tumindak. Kalaupun toh terdapat, tentu itu sangat sedikit. Orang Jawa dahulu itu tidak grusa-grusu, dia bisa menempatkan diri pada kawasan serta waktu yg absolut pula senantiasa lembah manah, & andap asor. Baik, kita kembali pada topik goresan pena ini, Sabdo Pandito Ratu dalam hal ini bisa diartikan dalam dua versi yaitu ungkapan itu buat diri sendiri atau secara generik. Uutuk diri sendiri ini bisa berarti Sabdo Pandito Ratu tan keno wola wali, atau arti harfiahnya bahwa kita dilarang mencla-mencle kalau ingin dihormati selayaknya Pandito Ratu. Orang akan dihormati sebab konduite yg tercermin dari kata-pungkasnya, sebab biasanya dari kata kata kita bisa menilai seseorang. Sabdo Pandito Ratu, secara generik Sabdo artinya perkataan sedangkan Pandito artinya ialah orang kudus, Ratu ialah penguasa perkataan penguasa itu menjadi dasar hukum rakyatnya yg wajib dipatuhi. Namun yg menjadi pertarungan ialah sekarang ini yg dianggap Pandito & Ratu ialah orang orang yg sebenarnya tak mempunyai kapasitas sebagai Pandito & Ratu, sebab yg dianggap Pandito tak lain hanya media masa yg tak lagi menjadi suara kebenaran, melainkan penyampai pesan para pencari kekuasaan yg melahirkan Ratu-Ratu picik. Kekisruhan & keadaan negeri yg kacau sekarang ini sebab kita telah kehilangan Sabdo dari Pandito & Ratu yg memang sahih-sahih mempunyai kapasitas sbagaimana mestinya. Seperti yg kita lihat sekarang ini warga bawah telah kehilangan agama terhadap para elit yg ditimbulkan sebab adanya Sabdo dari orang-orang yg dianggap Ratu sang orang-orang yg tak mengerti dikarenakan telah dicekoki sang kata-kata Pandito yg hanya mencari materi. Sementara sekian dulu kisanak. Nuwun.
”SURO DIRO JAYANINGRAT LEBUR DENE PANGASTUTI” NYOWO GADUHAN ! BONDO TITIPAN ! PANGKAT SAMPIRAN ! SUGIH TANPO BONDO ! DIGDOYO TANPO AJI ! NGLURUG TANPO BOLO ! MENANG TANPO NGASORAKE MUSUH ! ”HENENG HENING HENUNG IKU MAHANANE DADI” “JALMO LIPAT SEPRAPAT TAMAT”
Oleh Bambang Udoyono, penulis buku Kali ini kita kembali membahas peninggalan budaya nenek moyang yang berupa peribahasa, pepatah, kata mutiara, atau apalah namanya. Kita akan membahas local wisdom dari Jawa. Seperti lazimnya kata mutiara, atau bahkan ceritapun, tidak jelas siapa penulisnya pertama kali. Kita hanya bisa memperkirakan jaman asalnya dari ragam bahasa Jawa modern. Jadi kira kira kalimat ini berasal dari jaman antara abad keenam belas sampai abad keduapuluh. Prinsip ini pastilah hasil pemikiran nenek moyang kita berdasarkan perjalanan panjang yang sudah dialami di sepanjang sejarah. Inilah salah satu bukti kemajuan nenek moyang kita. Kemajuan dalam pemikiran soal filosofi kehidupan. Ini adalah semacam guidelines untuk menjalani kehidupan. Tidak boleh mencla mencle Iklan Sabdo adalah padanan kata sabda dalam bahasa Indonesia. Artinya kata’ atau berkata’ tapi dipakai untuk seseorang yang dihormati misalnya raja. Pandito artinya pendeta, rohaniwan, ulama. Ratu dalam bahasa Jawa bisa dipakai untuk laki laki maupun perempuan, beda dengan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia yang khusus untuk perempuan. Jadi arti harafiahnya kira kira adalah sabda seorang raja pendeta. Apa maksudnya ? Mari kita otak atik. Dalam pertunjukan wayang kulit sang dalang sering memberi keterangan tambahan tentang kalimat tersebut. Kata ki dalang, sabdo pandito ratu itu ibarat tinta hitam yang mengenai kertas putih, tidak boleh berkali kali. Orang menulis dengan tinta hitam di kertas putih itu harus sekali jadi. Kalau kita menulisnya tidak sekali jadi maka akan buruk tulisan di kertas itu. Jadi kata kata seorang pemimpin harus sekali jadi, tidak boleh mencla mencle. Tidak boleh berubah ubah. Tidak boleh misalnya di suatu hari dia omong A lalu lain kali omong B yang bertentangan dengan A. Jadi seorang pemimpin harus mampu menahan diri agar jangan sampai omongannya membingungkan atau bahkan merugikan masyarakat yang dipimpinnya. Kata kata, apalagi keputusan seorang pemimpin memiliki dampak kepada orang yang dipimpinnya. Semakin tinggi kedudukannya maka akan semakin besar dampak dari kata kata dan keputusannya. Dampak pimpinan negeri adikuasa bahkan meliputi seluruh dunia. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memikirkan dengan matang setiap kata dan keputusannya. Maka semakin tinggi kedudukannya mestinya harus didampingi oleh penasehat yang kaya pengalaman, kaya ilmu dan sangat bijaksana juga. Di negri Paman Sam, dan di banyak negri, pidato yang dibacakan juga harus disiapkan oleh sejumlah staf ahli, dibahas dulu, dianalisis dulu, agar apa yang keluar sudah matang dan tidak berdampak buruk kepada masyarakat. Keputusan dan kata yang keluar diharapkan membawa dampak positif untuk masyarakat yang dipimpinnya. Terapan dalam parenting Mungkin anda bertanya dalam hati, apa relevansinya dengan topik parenting? Jelas relevan sekali karena orang tua, bapak, adalah pimpinan keluarga. Jadi seorang bapak, dan ibu juga, idealnya juga harus mampu menerapkan prinsip sabdo pandito ratu. Kata kata seorang pimpinan keluarga tidak boleh sembarangan. Harus ada adabnya. Bahkan bercandapun juga ada adabnya. Salah satunya harus tidak mencla mencle agar tidak berdampak buruk. Ini adalah salah satu unsur budaya yang mempengaruhi tingkah laku pribadi dan bahkan masyarakat. Inilah salah satu contoh betapa pentingnya calon pasutri mempertimbangkan unsur budaya untuk membangun keluarganya. Selain dengan ihtiar kita juga seharusnya terus menerus memohon lindungan, petujuk dan bimbingan Allah swt agar bisa menjadi orang tua yang baik. Orang tua yang mampu membimbing anak anaknya menuju keberhasilan dunia dan akherat. Orang tua yang tidak bingung. Orang tua yang memiliki gagasan jelas tentang pendidikan anak anaknya. Ketidakjelasan inilah akar mencla mencle. Ringkasan. Kita mewarisi kebudayaan tak benda yang sangat berharga. Salah satunya peribahasa yang bisa diterapkan dalam pengasuhan anak. Nenek moyang kita menganjurkan agar pemimpin termasuk pemimpin keluarga bersikap konsisten dan tidak mencla mencle dalam berkata dan bertindak. Jadi terapkan sabdo pandito ratu dalam mendidik anak. Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Di berbagai daerah Indonesia, umumnya raja, sultan, pemimpin adat, pemangku adat memiliki kesamaan pendapat dan tata cara hayati dan nurani serta kriteria umum yang bijak bestari dari seorang pendahulu kita di Indonesia, lebih mengedepankan nilai-nilai luhur & cenderung berhati-hati dalam bertindak dan berbuat, karena segala sesuatunya selalu terlebih dahulu dipikirkan, dipertimbangkan lalu diputuskan. Pada saat ini di era Globalisasi dan millennial serta Informasi, tidak sedikit juga kelompok yang sudah sangat mengabaikan dalam mengedepankan nilai-nilai luhur & cenderung tidak berhati-hati dalam betutur kata menyampaikan pemikiran, bertindak atau berbuat. Orang Jawa dahulu termasuk dari berbagai etnis suku bangsa Indonesia, umumnya tidak grusa-grusu, asal omong dan dia bisa menempatkan/memposisikan diri pada kawasan interaksi serta waktu yang tepat dan senantiasa dalam tutur bahasa sangat santun komunikatif Pandito Ratu diambil dalam kalimat utuhnya "Sabdo Pandito Ratu tan keno wola wali" artinya dalam bahasa Indonesia adalah "Perkataan Raja/Penguasa menjadi dasar hukum yang wajib dipatuhi dan dilarang mencla-mencle kalau ingin dihormati." Orang akan dihormati sebab konduite yang tercermin dari kata-pungkasnya seseorang serta realisasi kenyataan dari perkataannya, sebab biasanya dari kata kata dan kalimat, kita bisa menilai karakter dan watak pribadi ini, banyak orang menjadi atau sebagai jabatan pemimpin, yang sebenarnya tak memiliki kapasitas sebagai Pandito & Ratu. Malah kebanyakan sebagai sosok tokoh penyampai pesan dari para pencari kekuasaan dan para pencari kenyamanan yang berperan sebagai tokoh-tokoh publik yang licik dan picik. Permasalahan serta semerawut-kisruhnya kondisi Indonesia saat ini terjadi didalam berbagai lini simpul kemasyarakatan serta simpul yang dipercayakan, karena kita telah kehilangan nilai nilai luhur Sabdo dan Pandito Ratu. Para Ulama dipersekusi dan difitnah secara keji, agama yang mengajak kebenaran dan kebaikan serta keselamatan dunia dan akhirat di intoleransi dan dihujat oleh sekelompok kekuasaan dengan cara ketidak benaran, kesalahan dan Kecurangan, saat ini disanjung sanjung dalam sebuah proklamir kepalsuan yang direkayasa dengan segala bentuk dan cara dalam kelompok tertentu. 1 2 Lihat Kebijakan Selengkapnya
lirik lagu sabdo pandito ratu